Senin, 21 Juli 2008

Pelatihan Teh Tasting, Bandung 5-7 Agustus 2008

PENDAHULUAN
Tinggi rendahnya kualitas teh yang dihasilkan bukan saja ditentukan oleh bahan baku, namun lebih dari itu. Proses pengolahan yang mengacu pada kaidah-kaidah yang benar dengan dukungan seorang tea taster yang handal dinilai menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas teh jadi yang dihasilkan. Namun demikian, tidak semua tea taster yang ada mampu mempraktekan kaidah-kaidah pengolahan secara benar. Kalaupun ada tea taster yang mempunyai kemampuan seperti itu tentunya harus melewati proses perjalanan yang cukup panjang.

Sebagian besar tea taster yang ada sekarang masih mengandalkan system otodidak dalam proses eksplorasi kemampuannya. Mengingat tea tasting ini mengandalkan kemampuan panca indera yang bersifat subjektif, tidak jarang para tea taster memberikan penilaian yang berbeda terhadap sample yang sama. Tentunya, perbedaan ini harus semaksimal mungkin direduksi untuk menghindari bias atau deviasi dalam hasil penilaian.

Asosiasi Teh Indonesia (ATI) sebagai lembaga yang mempunyai komitmen tinggi terhadap perkembangan Industri teh Indonesia berinisiatif mengadakan pelatihan Tea Taster untuk membantu meningkatkan kemampuan tea taster dan menyamakan persepsi dalam penilaian kualitas teh.
INSTRUKTUR
Instruktur pelatihan adalah tea taster senior baik dari kalangan produsen, pembeli maupun lembaga terkait serta para ahli pengolahan dan peneliti teh yang berpengalaman

PESERTA
Tea Game Test ini diikuti oleh maksimal 25 (dua puluh lima ) orang peserta per angkatan. Pembatasan peserta dilakukan untuk menjaga kualitas penyelenggaraan dan meningkatkan efektivitas hasil kursus. Sasaran peserta pelatihan adalah dari berbagai kalangan yaitu :

1.Para Tea Taster dari pihak produsen teh (PTPN dan Perkebunan Swasta)
2.Para Tea Taster dari pihak Jakarta Tea Auction (JTA), traders, blenders, packers, dan industri hilir.
3.Perorangan yang berminat menjalani profesi sebagai Tea Taster yang handal.
4.Wakil dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Lembaga Penelitian, Dinas Perkebunan dan Pertanian, Pemerintah Daerah dan Lembaga Pemerintah (Non Teknis) yang terkait dengan per-teh-an nasional.

PENDAFTARAN
Pendaftaran peserta pelatihan paling lambat disampaikan pada hari Rabu, tanggal 30 Juli 2008 melalui telepon, faximili atau E-mail ke:
Sekretariat Asosiasi Teh Indonesia ( Bapak Sujana)
Jl. Sindangsirna No. 4 Bandung 40153
Telp: 022 2038969 ext 242;
Fax 022 2031455
HP: 0815 714 4992, 08170232473 dan 0816 62 88 53
email: secretariat@indotea.org atau rohdiana@yahoo.com

WAKTU, TEMPAT DAN BIAYA PELATIHAN
Waktu : 5 s/d 7 Agustus 2008
Tempat : Hotel TOPAS - Bandung
Jl. Dr. Djundjunan No. 153 Bandung 40173
Telpon: 022 6020550; Fax : 022 6020440
Biaya: Rp. 4.000.000/peserta*)

*) termasuk akomodasi menginap di hotel tempat kursus dan bahan-bahan materi pelatihan.
MATERI PELATIHAN:
Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan pasar industri teh terkini. Sebagian besar diantaranya disajikan dalam bentuk TEA GAME TEST agar lebih mudah dipahami oleh para peserta. Adapun materi yang akan diberikan diantaranya adalah:

1. Preparation of Good Tea Tasting Practice:
Tea tasting room
Tea tasting equipment
Tea tasting enabler
Tea tasting room procedure
2. Good tasting practice
Tea nomenclature
Taster calibration
Tasting with & without milk
3. Black Tea Categorization
Leaf Attributes
Liquor Attributes
4. Tea Origin: The best tea in the world (Ceylon, Darjeeling, South and North India, Kenya
5. Leaf Size and Style
6. Cluster and Sub Cluster
7. Game Test:
Basic knowledge on CTC Hue
Basic knowledge on CTC Taste
Basic knowledge on CTC Moth Feel
Basic knowledge on OX intensity
Basic knowledge on OX Moth Feel
Basic knowledge on OX Taste
Faulty Teas
Dan banyak lagi....

Jumat, 06 Juni 2008

Daftar Mahasiswa Bebas UAS Mata Kuliah Fisiologi Pasca Panen-B

Setelah melalui seleksi nilai UTS, kehadiran dan Quiz, maka nama-nama mahasiswa yang tertera dibawah ini:
1. Kharistma 04.20047
2. Dewanto Utomo 04.20056
3. Mayasari 04.20060
4. Gilang Mahesa N. 04.20063
5. Eka Yulia Sari 05.20089
6. Diah Mustika Sari 06.20015
7. Reny Priani R. 06.20017
8. Egi Kurniawan 06.20029
9. Martin Tidar 06.20030
10. Dinne Lusiani 06.20034

dinyatakan bebas UAS dan mendapatkan nilai “A”. Silahkan printout pengumuman ini dan bawa saat UAS berlangsung (Senin, 23 Juni 2008 pukul 15.30 WIB @ SB 113-114).
Demikian pengumuman ini dibuat,
Salam



Dadan ROHDIANA

Minggu, 04 Mei 2008

LowonganKerja

Dear Alumni TP Unpas,
Beberapa hari yang lalu saya di telpon teman seangkatan yang kini sedang membutuhkan staff bagian QA (Quality Assurance) di PT. SentraFOOD Indonusa Desa Anggadita-Klari
Karawang Timur dengan kriteria sebagai berikut:
1. Lulusan Jurusan Teknologi Pangan UNPAS
2. Umur maksimal 25 tahun
3. Memahami prinsip-prinsip HACCP dan ISO 22000 (lampirkan sertifikat kompetensinya)
4. Bersedia di kontrak selama 6 bulan (bila berprestasi akan diterima sebagai staff tetap)
5. Bersedia ditempatkan di Karawang dan Surabaya
6. Mendapat rekomendasi dari saya

Lamaran Lengkap yang sudah siap kirim mohon disimpan di meja saya di Lt. 5 (paling lambat hari Kamis, 8 Mei 2008) untuk diseleksi terlebih dahulu. Hanya pelamar yang memenuhi standar yang akan saya beri rekomendasi.
Bagi yang tertarik dan masih mempunyai beberapa pertanyaan dapat di tanyakan secara online melalui Yahoo Messenger saya di rohdiana@yahoo.com
Demikian agar dapat dimanfaatkan kesempatan ini.
Wassalam


Dadan ROHDIANA

Jumat, 08 Februari 2008

MatematiKATETEKIN-2

Annual Bulletin of Statistic 2005 terbitan International Tea Committee melukiskan bahwa produksi teh Indonesia pada tahun 2004 adalah sebesar 168.000 ton dengan perincian 12.000 ton berupa teh hitam CTC, 116.000 ton teh hitam orthodox dan 40.000 ton teh hijau.
Seandainya bangsa ini paham dan mengerti akan manfaat dari teh, bukan tidak mungkin seluruh produk teh ini akan terserap habis (Lihat MatematiKATEKIN-1). Potensi teh untuk menjadi minuman utama sangat terbuka lebar. Sekalipun peminum kopi bertebaran diseluruh pelosok negeri ini, ketidak laziman mengkonsumsinya setelah makan dinilai sangat menguntungkan keberadaan teh yang dapat diminum kapan saja.
Hari ini, demikian banyak produk baik dalam bentuk minuman maupun kosmetik telah menempatkan teh sebagai bahan dasarnya. Sekalipun produk-produk tersebut belum bisa memanjakan konsumen teh sejati, setidaknya hal ini cukup membantu meningkatkan popularitas teh dimata konsumen teh yang awam. Harapan untuk menjadikan Indonesia Sehat tahun 2010 nampaknya bukan hanya sekedar mimpi disiang bolong, bila semua elemen bangsa termasuk insan teh ini bahu-membahu mewujudkan cita-cita kita semua melalui budaya minum teh sehat. Semoga

Selasa, 15 Januari 2008

Ini Teh Penghilang Bau Mulut Kan?

SEBAGIAN orang dalam kehidupan sehari-hari merasa tidak senang terhadap bau atau bau busuk yang ditimbulkan asap rokok, bawang putih, ikan dan lain-lainnya. Pengaruh penghilangan bau (deodorisasi) daun teh hijau telah diketahui sejak lama.

Minum teh hijau juga diketahui dapat menetralisasi bau napas yang disebabkan berbagai jenis makanan. Pengaruh deodorisasi dihubungkan dengan keberadaan polifenol yang terdapat dalam teh hijau.

Kandungan polifenol dalam teh hijau berkisar antara 10% hingga 15%. Penelitian terakhir yang dilakukan Yasuda dan Arakawa menyatakan, teh hijau mempunyai pengaruh aksi deodorisasi terhadap metil merkaptan (MeSH). Di antara polifenol yang terdapat dalam teh hijau, epigalokatekin galat memperlihatkan kemampuan aksi deodorisasi yang paling kuat.

Mereka menduga, aksi deodorisasi oleh epigalokatekin galat pada MeSH tersebut dihubungkan dengan reaktivitas grup -OH dalam cincin B dari epigalokatekin galat yang berubah menjadi ortokuinon dan berkonjugasi dengan grup tiometil atau metil sulfinil menghasilkan tio eter atau sulfinil eter.

Aktivitas deodorisasi

Bau busuk yang sering terjadi di sekitar kita biasanya akibat campuran beberapa komponen. Demikian halnya pula dengan bau mulut. Bau mulut dapat disebabkan beberapa senyawa seperti MeSH, hidrogen sulfida serta dimetil sulfida. Ketiga senyawa tersebut merupakan hasil pembongkaran senyawa protein oleh bakteri atau enzim dalam jaringan. Di antara tiga komponen tersebut di atas, MeSH merupakan senyawa yang paling banyak dihubungkan keberadaannya dengan bau mulut.

Dua peneliti dari Jepang, Hibino dan Sakanaka telah menguji pengaruh ekstrak teh hijau terhadap komponen yang mempunyai bau busuk seperti MeSH, trimetil amin, dan amonia.

Beberapa ekstrak tanaman telah diteliti aktivitas deodorisasinya terhadap MeSH. Polifenol teh hijau memperlihatkan pengaruh yang kuat saat analisis menggunakan kromatografi gas (GC). Analisis aktivitas deodorisasi dilakukan dengan metode sebagai berikut. Dua buah gelas vial ukuran 10 ml masing-masing diisi dengan 1 ml larutan garam MeSH dan ditambahkan 1 ml larutan ekstrak teh hijau masing-masing 0,1% dan 0,5%.

Gelas vial tersebut kemudian disimpan pada suhu 37 oC selama 5 menit. Head space udara kemudian dianalisis menggunakan GC.

Aktivitas deodorisasi ekstrak teh hijau pada MesH kemudian dibandingkan dengan Sodium Copper Chlorophyllin (SCC) yang biasa digunakan sebagai deodoran. Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel.

Trimetil amin merupakan komponen utama yang menyebabkan bau yang kurang nyaman di rumah sakit atau pasar ikan. Aktivitas ekstrak teh hijau dalam trimetil amin telah diuji dengan metode yang sama seperti halnya yang dilakukan terhadap MeSH. Sebuah penelitian di Jepang melaporkan, ikan yang dimasak dalam larutan ekstrak teh lebih rendah kandungan trimetil aminnya dibandingkan ikan yang dimasak dalam air biasa.

Amonia dan asap rokok

Amonia juga merupakan komponen berbau keras yang dalam jumlah kecil saja dapat berpengaruh terhadap kualitas beberapa makanan. Pengaruh penghilangan bau oleh ekstrak teh hijau dalam amonia telah diuji menggunakan metode sebagai berikut. Sebanyak 1 ml larutan ekstrak teh hijau dibuat untuk menembus lembaran kapas adsorben (3 x 3cm; 0,15g) yang ditempatkan dalam botol plastik bervolume 3 liter.

Sebanyak 1 ml udara head space disedot dengan syringe dan dimasukkan dalam botol plastik. Setelah disimpan selama 5 menit pada suhu ruangan, konsentrasi amonia dalam botol plastik diukur menggunakan sistem deteksi gas amonia (Gastec Corp., Japan). Konsentrasi gas amonia secara jelas menurun dengan adanya kapas absorben yang dibasahi dengan esktrak teh hijau.

Bau asap rokok secara umum juga tidak disukai dan berbahaya. Hal ini terutama sekali terjadi dalam ruangan yang kecil, karena bau tersebut tinggal selama beberapa saat. Akhir-akhir ini dijelaskan, asap rokok diketahui mengandung komponen yang dapat menyebabkan kanker.

Habino dan Sakanaka melakukan penelitian untuk melihat aktivitas ekstrak teh hijau terhadap asap rokok. Sebanyak 1 ml 0,2% dan 1,0% larutan ekstrak teh hijau masing-masing ditempatkan dalam 10 ml gelas vial. Kemudian 1 ml asap rokok diembuskan pada kapas dari permukaan udara gelas vial tersebut menggunakan syringe.

Gelas vial ditutup kemudian diinkubasi pada suhu 37 oC. Setelah 5 menit inkubasi, gas head space dianalisis menggunakan GC. Pengaruh deodorisasi ditandai dengan menurunnya rasio puncak utama dalam GC. Hasil penelitian menyatakan, ekstrak teh hijau memperlihatkan aktivitas yang nyata terhadap deodorisasi asap rokok. Sebuah penelitian telah dilakukan dengan membuat permen yang mengandung ekstrak teh hijau dengan formula 1 mg ekstrak teh hijau/gram permen. Relawan yang mengunyah permen mengandung ekstrak teh hijau memperlihatkan bau mulut yang menurun.***

Dadan Rohdiana,

Dosen Jurusan Teknologi Pangan Unpas. Peneliti di Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung.
Sumber:www.pikiran-rakyat.co.id

Senin, 14 Januari 2008

Ritual Demi Katekin

Menyeduh Teh dengan ”BBM”

Menyoal bagaimana cara menyeduh teh dengan baik, benar, dan menyehatkan (BBM) kerap menjadi sebuah pertanyaan besar. Bukan saja bagi orang awan, para insan teh yang sehari-harinya bergulat dengan teh sekalipun belum tentu baik dan benar dalam memahami hal ini. Meskipun sampai dengan saat ini belum ada standar yang baku untuk memperoleh seduhan teh yang BBM, namun tidak ada salahnya apabila diulas beberapa pendekatan secara ilmiah yang menjurus ke arah sana.
Faktor penyeduhan
Untuk dapat diminum, teh harus terlebih dahulu diseduh dengan air yang mendidih. Baik tidaknya hasil penyeduhan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kualitas teh yang diseduh, air sebagai penyeduh dan teknik penyeduhan itu sendiri. Kualitas teh yang dimaksud di sini adalah mutu atau grade dari teh yang akan diseduh.
Kualitas teh
Berbicara mengenai mutu dan grade suatu teh tentunya tidak terlepas dari bahan baku atau pucuk. Sejumlah penelitian menyatakan bahwa membentuk mutu teh adalah dikebun. Dengan kata lain, baik tidaknya kualitas teh akan sangat bergantung pada kualitas daun teh. Proses pengolahan hanya berfungsi untuk mempertahankan kualitas yang sudah ada jangan sampai mengalami penurunan yang cukup serius.
Mutu atau grade teh ini akan berbanding lurus dengan kandungan kimia yang dapat larut dalam air. Semakin tinggi mutu atau grade teh, kandungan kimia yang dapat larut dalam air lebih banyak. Menurut SNI 01-1902 /2000, syarat minimal kandungan kimia yang dapat larut dalam air adalah 32 persen. Dalam grade yang sama, bila ukuran partikelnya diperkecil, kelarutannya akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan luas permukaan teh yang kontak dengan air sebagai penyeduh akan semakin baik, sehingga proses ekstraksi atau penyeduhan akan berjalan dengan baik.
Air penyeduh
Air merupakan komponen terbesar dalam produk minuman. Peranannya terhadap produk yang dihasilkan adalah sangat besar. Dengan demikian, perlu pertimbangan yang matang dalam memilih jenis air yang sesuai untuk menghasilkan produk yang baik tidak terkecuali dalam hal menyeduh teh. Kualitas air secara kimia ditentukan oleh pH dan kandungan garam-garam terlarut. Kandungan garam-garam terlarut akan memengaruhi sifat kesadahan dan daya ekstraksi air.
Pengaruh air terhadap warna dan rasa seduhan teh dihubungkan dengan kemampuan air untuk mengekstraksi komponen teh terutama theaflavin dan thearubigin pada teh hitam atau katekin pada teh hijau. Kemampuan air untuk mengekstraksi akan berkurang bila kandungan zat terlarutnya tinggi. Sedangkan warna seduhan akan sangat dipengaruhi oleh pH air. Bila pH air lebih dari 7 (tujuh), theaflavin dan thearubigin cenderung untuk mengalami autooksidasi menghasilkan warna seduhan yang gelap.
Dalam seduhan teh (hitam), thearubigin berada dalam bentuk bebas yang bersifat asam atau sebagai garam netral dari K dan Ca. Thearubigin dalam bentuk garam berwarna lebih tua daripada thearubigin dalam bentuk bebas. Jika air yang digunakan untuk menyeduh bersifat sadah sementara, maka Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2 akan bereaksi dengan thearubigin yang bersifat asam dan membentuk garam-garam Ca dan Mg dengan melepaskan CO2 sehingga warna seduhan menjadi lebih gelap.
Derajat dan kecepatan oksidasi theaflavin dalam teh tergantung pada pH air yang akan digunakan untuk menyeduh. Bila pH lebih besar dari 7, air cenderung menghasilkan seduhan dengan warna gelap. Adanya logam-logam alkali atau garam bikarbonat diduga menjadi penyebab tingginya pH. Air yang bersifat basa atau mengandung besi dalam jumlah tertentu akan memberikan warna seduhan teh yang gelap dan suram. Komponen kimia teh lebih cepat larut dalam air lunak dibandingkan dengan air yang bersifat sadah. Hasil penelitian menyebutkan, air yang paling baik untuk proses penyeduhan adalah air sumber yang berasal dari daerah pegunungan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa menyeduh teh dengan air dari Jakarta lebih gelap bila dibandingkan dengan air yang berasal dari Pangalengan meskipun dengan teh dan teknik penyeduhan yang sama.
Teknik penyeduhan
Setelah memastikan teh dan air yang akan digunakan telah sesuai dengan keinginan, tahap ketiga yang harus mendapat perhatian adalah teknik penyeduhan. Sejatinya, proses penyeduhan merupakan proses ekstraksi atau pemisahan satu atau lebih komponen. Berdasarkan faktanya, penyeduhan merupakan proses ekstraksi padat cair, artinya pemisahan senyawa padat (theaflavin, thearubigin, kafein dan lain-lain) mengunakan air sebagai pelarutnya. Mengingat penyeduhan merupakan proses ekstraksi, maka kaidah-kaidah yang berlaku pada proses eksktrasksi, berlaku juga untuk penyeduhan teh.
Faktor-faktor yang memengaruhi proses penyeduhan adalah suhu air atau kondisi penyeduhan dan lama penyeduhan. Semakin tinggi suhu air atau proses penyeduhan, kemampuan air dalam mengekstrak kandungan kimia yang terdapat dalam teh akan semakin tinggi. Demikian juga halnya dengan lama penyeduhan. Lama penyeduhan akan memengaruhi kadar bahan terlarut, intensitas warna, serta aroma. Bertambahnya lama penyeduhan kesempatan kontak antara air penyeduh dengan teh semakin lama. Proses ekstraksi menjadi lebih sempurna.
Adanya perbedaan suhu antara air penyeduh teh dengan lingkungan, di mana air penyeduh mempunyai suhu yang lebih tinggi, akan terjadi perambatan panas secara konveksi dan konduksi dari air penyeduh ke teh dan lingkungan. Perambatan panas disertai peristiwa penyerapan dan pembebasan panas ke teh dan lingkungan dapat menurunkan suhu seduhan, akibatnya proses ekstraksi menjadi demikian tidak efektif.
Seduhan menyehatkan
Apabila berbicara masalah kesehatan dan hubungannya dengan teh, maka hal ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan katekin. Katekin merupakan senyawa kimia yang paling mendapat perhatian belakangan karena terbukti secara nyata mampu mereduksi risiko penyakit degeneratif yang merupakan silent killer papan atas dunia. Baik teh hitam maupun teh hijau, keduanya mengadung katekin, tentunya dalam jumlah yang berbeda. Dalam hal ini, kandungan katekin pada teh hijau lebih besar dibandingkan dengan teh hitam. Meski penyeduhan sudah dilakukan dengan baik dan benar, namun belum tentu menyehatkan. Mengapa?
Katekin mengalami banyak perubahan kimia seperti oksidasi dan epimerisasi selama proses pengolahan dan penyeduhan. Pada proses pengolahan, oksidasi dihambat dengan cara inaktivasi enzim polifenol oksidase dalam daun teh melalui proses pelayuan, pengeringan atau pengukusan.
Epimerisasi katekin merupakan salah satu reaksi terpenting dalam penyeduhan. Masing-masing katekin dapat mengalami epimerisasi dari epistruktur menjadi non epistruktur. Penyeduhan menyebabkan kandungan senyawa epistruktur seperti epigalokatekin galat (EGCG), epigalokatekin (EGC), epikatekin (EC), dan epikatekin galat (ECG) menjadi turun. Sementara itu, kandungan katekin non epistruktur seperti galokatekin (GC), katekin (C), galokatekin galat (GCG), dan katekin galat (CG) menjadi meningkat. Meskipun secara kandungan total katekin tidak mengalami penurunan kuantitas, namun secara kualitas dengan terjadinya epimerisasi ini potensinya terhadap kesehatan menjadi berkurang.
Epimerisasi berlangsung lebih mudah pada air ledeng daripada air murni. Publikasi terkini melaporkan bahwa teh hijau yang diseduh dengan air murni mengalami epimerisasi pada suhu 82 derajat Celcius. Sedangkan penyeduhan dengan air ledeng, epimerisasi sudah terjadi pada suhu 40 derajat Celcius.
Teknik penyeduhan dengan suhu sedang, sekira 60 derajat Celcius yang banyak dilakukan oleh orang Jepang terbukti cukup bermanfaat menghasilkan katekin secara optimal. Meskipun kandungan katekin teh Jepang lebih rendah dibandingkan teh Indonesia, namun karena kita tidak menyeduh teh dengan BBM, bukan tidak mungkin, orang Jepang akan lebih banyak mengambil manfaat katekin dibandingkan dengan kita.***

Dadan Rohdiana
Laboratorium Pengetahuan Bahan Pangan,
Jurusan Teknologi Pangan FT Unpas
Sumber: www.pikiran-rakyat.co.id

Rabu, 09 Januari 2008

MatematiKATEKIN-1

Meskipun dosis katekin sampai dengan saat ini boleh dibilang belum jelas, namun sebuah publikasi terkini menerangkan bahwa agar tubuh selalu sehat, setiap orang idealnya mengkonsumsi 125-500mg katekin perhari. Rohdiana (2006) menunjukkan bahwa rata-rata teh hitam Indonesia mengandung katekin sebesar 8,24% bobot kering.
Untuk mendapatkan 125mg katekin, diperlukan teh hitam sebanyak 1,52gram. MatematiKATEKIN-nya adalah:
Jumlah teh hitam = (125mg : 8,24%) = 1.517mg = 1,52 gram
Rohdiana (1998) menjelaskan bahwa penyeduhan selama 6 menit dengan air mendidih, sekitar 60% komponen kimia (termasuk Katekin) dalam teh hitam akan terekstrak. Artinya, untuk memperoleh 125mg katekin diperlukan teh hitam sebanyak 2,53gram. MatematiKATEKIN-nya adalah:
Jumlah Teh Hitam = 1,52gram : 60% = 2,53gram.
Bila mau sehat, maka setidaknya kita harus mengkonsumsi teh hitam sebanyak 2,53gram/hari. Dari sini secara sederhana dapat dikatakan bahwa konsumsi perkapita pertahun akan teh hitam adalah sebesar 2,53gram x 365 hari/tahun atau sebesar 923,45gram/tahun. Seandainya hari ini penduduk Indonesia sekitar 230 juta jiwa, maka konsumsi teh hitam kita dapat mencapai 923,45gram/tahun x 230juta atau sekitar 212.393,5 ton/tahun. Sebuah angka yang cukup signifikan untuk pemulihan kesehatan industri teh nasional dan pemulihan kesehatan jiwa kita. Bagaimana menurut anda?


Dadan ROHDIANA